Kamis, 07 Oktober 2010

produk unilever

Tiga Produk Unilever Dominasi Market Share Sabun Cair
By marsnewsletter Leave a Comment
Categories: Consumer Goods
Tiga merek sabun cair produksi PT Unilever Indonesia, yakni Lux, Lifebuoy dan Dove, menunjukkan dominasinya dalam menguasai market share sabun mandi cair dalam negeri. Hampir 72% pasar sabun mandi cair (toiletries) dikuasai oleh ketiga merek tersebut. Aroma persaingan dalam satu group pun tampak mengemuka.

Merujuk pada hasil riset MARS Indonesia (Indonesian Consumer Profile 2008) tergambar betapa aroma persaingan antara Lux dan Lifebuoy dalam memperebutkan posisi market leader sangat kentara. Riset yang disebar di 5 kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan) akhirnya mengokohkan Lux sebagai market leader dengan perolehan market share sebanyak 39,66%. Sedangkan Lifebuoy menempel ketat di urutan kedua dengan perolehan 31,57%.
Selama ini sabun mandi cair Lux di benak konsumen diasosiasikan sebagai sabun kecantikan yang memiliki busa yang banyak serta bau yang harum. Menggunakan Lux menunjukkan gaya hidup modern. Sementara sabun cair Lifebuoy diasosiasikan sebagai sabun kesehatan keluarga dan sangat ampuh membunuh kuman ketimbang sabun mandi cair lainnya. Jadi, Lux kental dengan aroma emotional benefit-nya, sebaliknya Lifebuoy kental dengan aroma functional benefit-nya.
Lux unggul hampir di semua kota, kecuali Surabaya, dimana posisi teratas direbut oleh Lifebuoy. Keberhasilan Lifebuoy sebagai brand loyalty bagi konsumen Surabaya bisa jadi lantaran kota tersebut dikenal memiliki udara relatif panas, akibatnya setiap aktivitas warganya berpotensi mengeluarkan keringat dan kuman sekaligus, sehingga pemakaian sabun Lifebouy dirasakan sebagai solusi yang sangat cerdas.
Sementara brand satunya lagi, yakni Dove, menduduki peringkat keempat dengan perolehan total market share 2,88%, masih berada di bawah Biore yang diproduksi oleh PT Kao Indonesia yang memperoleh 10,23% dan menduduki peringkat ketiga.
Peringkat kelima diraih oleh Gatsby, produksi PT Mandom Indonesia, yang kental dengan aroma jantannya. Lalu peringkat keenam diduduki oleh Nuvo, produksi PT Wings, yang hampir sama dengan Lifebuoy sebagai sabun kesehatan keluarga. Adapun peringkat ketujuh didapuk oleh Cussons, produk andalan dari PT Cussons Indonesia. Serta peringkat kedelapan dan seterusnya market share-nya di bawah 1,76%.

Ihwal kesuksesan sabun mandi cair Lux dan Lifebuoy menjadi yang terdepan sebetulnya bukan hal yang aneh, mengingat faktor sejarah dan pengalaman kedua produk tersebut menjadi salah satu barang kebutuhan pokok yang diperlukan oleh konsumen dan diproduksi oleh PTUnilever Indonesia sejak tahun 1933.
Desain dan kemasan produk sabun mandi Lux dan Lifebuoy senantiasa dibuat lebih menarik dan inovatif jika dibandingkan dengan kemasan produk sejenis dari pesaingnya, agar kemasan produk ini cukup memenuhi syarat untuk bersaing di pasaran.
Di samping itu, Lux khususnya adalah salah satu brand perawatan tubuh dan kecantikan terkemuka di dunia. Brand Lux merupakan market leader di berbagai negara, seperti Thailand, Jepang, India, Brazil, Afrika Selatan, dll sejak tahun 1924. Berbagai jenis produk dalam lini brand Lux dipasarkan di lebih dari 100 negara dengan angka penjualan mencapai 1 miliar Euro pada tahun 2005.
Brand ini mengklaim bahwa segalanya mengenai Lux dipersembahkan bagi feminitas, mulai dari tampilan hingga sensasi yang didapatkan dari produk, baik kemasan maupun wewangian yang ditawarkan. Pada kenyataannya, Lux telah menjadi gelombang penentu dalam masyarakat dari masa ke masa. ***
Wings Menggempur Pasar
Debut mie sedaap yang melesat tinggi memang di luar perkiraan. Belum setahun diluncurkan (April 2003), Mie Sedaap sudah berhasil mengambil 12% pangsa pasar Indofood.jika total pasar mie instan sebasar Rp 8 triliun/tahun (90% di antaranya dikuasai Indofood), maka Wings telah menguasai Rp 864 milyar.
Mie Sedaap yang dijual di kisaran harga Rp 625- Rp 750/bungkus sengaja masuk pasar menengah-bawah dengan menawarkan kualitas istimewa. Strategi promosi yang diterapkan pun begitu agresif dan provokatif. Sehingga, permintaan Mie Sedaap pun mengalir deras. Guna melayani besarnya permintaan, Wings kini sudah menambah mesin dan meningkatkan kapasitas produksi di dua pabrik, yani di Gresik (Surabaya) dan Seroja (Bekasi). Di samping itu, kini sudah disiapkan lima varian rasa baru untuk melengkapi tiga varian rasa terdahulu.
Melihat pesatnya perkembangan Mie Sedaap, Indofood pun bereaksi. Ia nekad meluncurkan tiga fighting brand sekaligus, yaitu Mie Sayaaap, Sarimi, dan SuperMie Sedaaap. Ketiganya diluncurkan dengan tujuan untuk membenturkan diri dengan Mie Sedaap.
Prinsip bergerak mulus dan hati-hati memang selalu diterapkan Wings dalam menggarap pasar consumer goods di Indonesia. Wings tidak pernah bersikap frontal terhadap pemimpin pasar. Bahkan untuk menghindari perang frontal, ia tidak pernah menempatkan produknya sebagai pemimpin pasar. Wings hanya mengikuti dan memproduksi produk yang sudah ada dalam pasar. Pilihan sebagaif ollo wer menurutnya sangat menguntungkan. Ia bisa aman dan bergerak bebas tanpa khawatir mendapat perhatian dan sorotan pesaing. Maka dari itu, kebanyakan pesaing Wings selalu terlambat menyadari kehadirannya.Namun di sisi lain, Wings dipandang sebagai produk me too karena produknya dianggap ikut-ikutan
http://www.scribd.com/doc/29408661/Wings-Menggempur-Pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar