Kamis, 07 Oktober 2010

Pusat Batik Thamrin Patok Omset Ambisius Rp 3,5 M

Pusat Batik Thamrin Patok Omset Ambisius Rp 3,5 M
08 Feb 2010
• Harian Ekonomi Neraca
• Industri
NERACA
Jakarta - Mudah mudahan ini bukanlah target ambisius. Pasalnya pusat batik nusantara di Thamrin City yang baru saja dibuka akhir pekan lalu menargetkan omset hingga Rp 3,5 miliar. Tentu saja ini membutuhkan kerja keras dari si pengelolanya.
CEO PT Jakarta Realty, pengembang Thamrin City, Hadi Satyagraha mengatakan optimis dapat mencapai omzet tesebut. Disitu juga sudah ada sebanyak 4.750 pedagang dan pengrajin batik. Adapun pengunjungnya mencapai 30 orang per hari.
"Saat itu pameran batik hanya diadakan beberapa hari saja dalam seminggu, tapi karena animo masyarakat positif makanya akan digelar setiap hari melalui peresmian Pusat Batik Nusantara," ungkapnya, akhir pekan lalu di Jakarta.
Selain itu, Hadi juga membidik omset di luar pameran 5°besar Rp 75,6 juta dari 101 pedagang dengan total pengunjung mencapai 656 orang. Hanya saja, ini berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan. Para pedagang batik dan peserta pameran mengatakan penjualanya sangat sepi. Dari pantauan Neraca, terlihat banyak pemilik kios yang menunggu pembeli datang. Salah satunya Asril Basuki salah seorang pedagang batik yang menempati salah satu kios di Thamrin city sejak setahun lalu. "Ini tempat yang paling sepi, sudah tiga tahun dibuka pengunjungnya masih begini-begini saja," terangnya.
Asril mengatakan hanya mampu menjual 80 potong perbulan. Padahal di kios lainnya yang iamiliki penjual bisa diatas angka tersebut. "Sepi ini karena kesalahan pengo-laan gedung, seharusnya mereka bisa kasih promosi biar ramai sehingga nggak kelihatan kosong, dimana-mana kalau pertokoan baru paling sepinya cuma 1 -2 tahun pertama saja," jelasnya.
Penuturan yang tak jauh berbeda juga diutarakan Ahmad pengerajin tembaga dari kota gede Jogyakarta yang mengikuti pameran ini sekitar 4 hari lalu mengatakan pameran sangat sepi pengunjung. "Satu hari saya paling hanya menjual 1 sampai 2 kerajian," ungkapnya.
Dirinya yang membawa beberapa model Bros dan ikat pinggang dari lembaga dengan harga dari Rp 15.000 hingga Rp 150.000 sedikit kecewa dengan keadaan ini. "Rencananya kita cuma seminggu sih disini, kalau sepi begini nggak niat untuk diperpanjang lagi," urainya.
Dia mengakui keikut-sertaanya dalam pameran ini karena ajakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan di daerahnya. "Untung biaya pulang perginya mereka yang bayar," jelasnya Keluhan yang tak jauh berbeda juga di ungkapkan Sutini pengerajin batik dari Solo, setelah lebih dari 5 hari jualan di Tham- , rin City, dirinya hanya mampu menjual sekitar 2-3 potong kain batik. "Disini sepi mbak, pengunjungnya juga jarang, padahal harganya sudah di obral," terangnya.
Berdasarkan pantauan Neraca, di Thamrin City memang sangat sepi,banyak kios yang masih kosong. Namun harga jual batik yang berasal dari pengrajin UKM sangat bervariasi. Dari mulai kemeja pria yang merupakan batik cap dapat di beli dengan harga Rp 100.000 tiga buah.
Sedang untuk batik tulis mulai dari harga Rp 100.000 per potong hingga Rp Rp 6 juta. Untuk ase-soris batik, seperti bros dan ikat pinggang dijual dengan harga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 200.000. Sedangkan untuk batik dalam bentuk lain seperti tas di jual mulai harga Rp 20.000, sepatu dan sandal batik di jual mulai dengan Rp 25.000.
Nah, kehadiran pusat penjualan batik di Thamrin City tak membuat gentar pengusaha lain yang menjual produk serupa. Seperti pusat perbelanjaan Sarinah. Muhammad Rusdie, Manager Humas Sarinah mengaku, tetap optimis usaha baliknya akan sulit tersaingi. Sebab, ikon Sarinah sebagai lokasi penjualan aneka batik dan kerajinan sudah terkenal lama.
Selain itu, menurut Rusdie, para mitra bisnisnya tetap melihat Sarinah sebagai lokasi usaha strategis karena kerap menjadi pilihan kunjungan wajib para turis. "Kita memiliki banyak keungggulan," ujarnya. Adapun keunggulannya adalah Sarinah membantu pinjaman kepada para mitra usahanya yang rata-rata berskala Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pinjamannya Rp 5 juta - Rp 50 juta dengan bunga 6% pertahun. Dan mereka harus mengembalikan dalam waktu 2
tahun
http://bataviase.co.id/node/87916

Tidak ada komentar:

Posting Komentar